BIJAK MEMPERSIAPKAN KELUARGA BARU 2

Posted by Admin 2025-06-16

blog-post-image

Sharing Supplemen Juni #3 2025

Bijak Mempersiapkan Keluarga Baru

Siapa mengejar kebaikan, akan disenangi orang, tetapi siapa mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan. Siapa mengandalkan kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda. Siapa mengacaukan rumah tangganya akan menangkap angin; orang bodoh akan menjadi budak orang bijak. Buah orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang. (Amsal 11:27-30 TB2)

Siapa mendapat isteri, mendapat bahagia, dan ia disenangi TUHAN. (Amsal 18:22 TB2)

Setiap orang tua pasti memiliki kerinduan dan keinginan untuk mengiring anak-anak mereka sampai ke jenjang pernikahan, dimana mereka berjumpa dengan pasangan hidup mereka dan diberkati dalam pernikahan yang kudus.

Di satu sisi, hal ini sebenarnya berlangsung secara natural. Namun jika kita ingin memastikan anak-anak kita mendapatkan pasangan hidup yang berkualitas, dan mempersiapkan anak-anak kita menjadi pribadi yang layak untuk menjadi pasangan, sehingga mereka hidup bahagia dan tidak mengacaukan rumah tangganya kelak, tentunya kita perlu melibatkan Tuhan dan melibatkan diri dalam proses ini.

Kesempatan kali ini kita akan merenungkan dan mempelajari bersama paling tidak 3 (tiga) hal yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan anak-anak kita masuk dalam pernikahan, membentuk keluarga baru.

Orang tua harus menjadi teladan.

Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, "anak-anak tidak selalu mendengarkan perkataan orang tuanya, namun mereka selalu meniru orang tuanya." Keteladanan berbicara lebih kuat daripada kata-kata. Sebagus apapun perkataan nasihat yang anda rangkai dan sampaikan agar kelak mereka memilih pasangan hidup yang baik dan membangun rumah tangga yang baik, pada akhirnya mereka hanya akan meniru apa yang mereka lihat dari kehidupan rumah tangga orang tuanya.

Beberapa keteladanan yang harus diberikan orang tua:

Teladan kekudusan.

Orang tua memberikan keteladanan dalam hal keterbukaan, kejujuran, dalam berumahtangga, tidak saling menyembunyikan rahasia (Ef. 4:24; Yak. 5:12) serta menjauhkan diri pornografi, perselingkuhan dan perzinahan. "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah." (Ibr. 13:4)

Teladan keharmonisan.

Orang tua memberikan keteladanan dalam hal keharmonisan dimana ayah dan ibu menjalangkan fungsi dan perannya sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab. Ayah sebagai kepala, sebagai imam-raja-nabi untuk keluarga dan ibu sebagai penolong yang sepadan dan sebagai tiang doa. Ibu sebagai isteri tunduk kepada Ayah dan Ayah sebagai suami mengasihi Ibu (Ef. 5:22-30).

Menyiapkan anak-anak menjadi pribadi yang layak menjadi pasangan.

Anak-anak kita adalah milik pusaka dari Tuhan (Mzm. 127:3). Begitu berharganya anak-anak kita sehingga tanggung jawab kita adalah menyiapkan anak-anak kita menjadi pribadi yang berkualitas dan layak menjadi pasangan.

Beberapa kriteria kualitas pribadi yang siap dan layak menjadi pasangan adalah antara lain:

Takut akan Tuhan (baca: Mzm. 128:4; Ams. 31:30)

Takut akan Tuhan di sini berarti "hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya", yaitu menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan, taat pada firman-Nya, dan memilih untuk berjalan dalam kebenaran serta keadilan. Takut akan Tuhan bukan sekadar rasa takut seperti takut pada hukuman, melainkan rasa hormat, kagum, dan kerendahan hati di hadapan Allah, yang mendorong seseorang untuk menjauhi kejahatan dan hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan.

Nilai utama seorang isteri bukan pada kecantikan atau kemolekan fisik, tetapi pada takut akan Tuhan, yaitu sikap hidup yang berakar pada hormat, ketaatan, dan kasih kepada Tuhan. Takut akan Tuhan dalam konteks ini berarti seseorang yang menjalani hidup dengan integritas, kesetiaan, dan kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama.

Kudus

Kekudusan menjadi salah satu nilai utama seorang mempelai (Ef. 5:25-27; 2Kor 11:2; Why. 19:7-8). Seorang pribadi yang layak menjadi mempelai adalah mereka yang menjaga hidup kudus dihadapan Tuhan. Kudus dalam perkataan, perbuatan, tindakan, termasuk dalam hal keuangan, seksualitas, dll.

Karakter Kristus

Karakter Kristus yang dimaksud adalah memiliki buah roh yang matang sebagaimana dinyatakan dalam Galatia 5:22-23.

Dewasa

Kedewasaan dalam aspek ini adalah mencakup kematangan dalam berpikir, kebijaksanaan dalam bertindak dan keberanian untuk memegang tanggung jawab. Seseorang yang sudah dewasa siap untuk meninggalkan rumah orang tua, membangun keluarga sendiri, dan bertanggung jawab atas pasangan serta anak-anaknya di masa depan (Kej. 2:24).

Kedewasaan ini meliputi kemampuan mengelola emosi, mengambil keputusan bijaksana, hidup mandiri, serta berkomitmen untuk membangun hubungan yang sehat dan bertumbuh bersama Tuhan.

Mengawal proses pembentukan keluarga baru.

Membentuk keluarga yang baru, membangun kehidupan pernikahan bukanlah sesuatu yang ujug- ujug (mendadak atau tiba-tiba), tanpa perencanaan dan persiapan yang matang. Ini merupakan sebuah proses yang panjang, dimulai dengan perkenalan, pertemanan, persahabatan, pertunangan dan berujung pada pernikahan. Idealnya, tiap-tiap bagian proses ini jangan dilompati sebab dengan demikian secara natural pasangan yang akan membentuk keluarga baru memiliki cukup waktu untuk mengenal, untuk menyesuaikan diri dan menyepakati hal-hal yang diperlukan untuk menjalani kehidupan pernikahan.

Bagaimana peran orang tua terhadap anak yang sudah cukup dewasa untuk masuk dalam proses ini?

Membangun komunikasi terbuka (Ul. 6:6-7; Yak. 1:19)

Orang tua perlu membangun komunikasi dua arah yang hangat dan terbuka dengan anak, sehingga anak merasa nyaman berbagi pengalaman dan perasaan mereka, termasuk ketika mulai berteman atau bersahabat dengan lawan jenis. Orang tua perlu menjadi sahabat dan tempat curhat anak, sehingga anak tidak mencari informasi atau dukungan dari sumber yang salah, dan tetap berada di bawah bimbingan orang tua.

Mengajarkan nilai-nilai kristiani (Ams. 22:6)

Orang tua harus mengajarkan nilai-nilai dasar seperti rasa hormat, empati, kejujuran, dan integritas dalam pergaulan, termasuk bagaimana memperlakukan lawan jenis dengan baik dan menjaga batasan yang sehat. Jangan lupa untuk mendoakan mereka.

Membimbing dalam pemilihan pasangan (Ams. 31:1-31)

Orang tua memberikan masukan dan doa dalam proses pemilihan pasangan, mengingatkan anak untuk memilih pasangan yang juga seiman, lahir baru, hidup dalam kebenaran dan takut akan Tuhan. Minta pertolongan dan penyertaan Roh Kudus.

Membuka diskusi tentang pernikahan (Kej. 24:1-67)

Orang tua membicarakan topik pernikahan secara terbuka dan arif, memberikan gambaran tentang tantangan dan sukacita dalam hidup berumah tangga, serta menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam keluarga.

Memberikan dukungan dan doa

Orang tua tetap mendukung dan mendoakan pasangan yang baru menikah, serta siap memberikan nasihat dan bimbingan jika diperlukan.

Penutup

Sangat penting bagi kita untuk secara bijak mempersiapkan keluarga yang baru, sebab gereja yang kuat, komunitas yang kuat bahkan negara yang kuat berawal dari rumah tangga/keluarga yang kuat. Karenanya setiap orang tua harus menjadi teladan dalam kehidupan rumah tangga, menyiapkan anaknya menjadi calon mempelai yang layak dan mengawal tiap-tiap tahapan prosesnya. (DL).

Pertanyaan Diskusi:

Bagi orang tua: bagaimana anda mempersiapkan anak-anak anda di dalam perjalanan kedewasaannya, termasuk agar dia kelak dapat dan bijak dalam memilih pasangan hidup?

Bagi anak-anak muda yang sudah cukup umur: seberapa terbuka anda berbicara dengan orang tua dalam hal mempersiapkan masa depan, termasuk dalam hal memilih pasangan hidup?