KRISTUS MEMBERI NILAI ATAS KELUARGA

Posted by Admin 2025-06-16

blog-post-image

KRISTUS MEMBERI NILAI ATAS KELUARGA

Commander of Thousand – (Minggu 3 - Juni 2025)

Bahan Bacaan :

Efesus 5:21-23 "dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus."

Penjelasan Materi :

Guys, di zaman sekarang, ketika banyak dari kita lebih mengenal username Instagram keluarga kita daripada isi hati mereka, dan lebih sering "scroll" TikTok bareng teman daripada ngobrol dengan orang tua di ruang makan, kita perlu berhenti sejenak dan bertanya: "Apa sih sebenarnya arti keluarga bagi saya?" Banyak remaja hidup dalam keluarga yang tampak lengkap secara fisik—ada papa, mama, dan saudara—tapi secara emosional seperti orang asing yang tinggal satu atap. Di tengah dunia yang makin sibuk dan individualis, Yesus justru mengajak kita melihat ulang nilai keluarga dari kacamata-Nya. Hari ini, kita akan belajar bahwa Kristus tidak hanya menyelamatkan kita secara pribadi, tapi juga memberi nilai ilahi atas relasi kita di dalam keluarga :

Saling Menyambut dalam Kasih (1 Petrus 3:8) Paulus menegaskan panggilan submission—atau lebih tepatnya "saling menyambut"—karena setiap pribadi diciptakan menurut Imago Dei, citra Allah yang sama (Kej. 1:27). Kita bukan rantai komando yang memerintah, melainkan anggota satu tubuh satu Roh (1 Kor. 12:13) yang harus menghormati dan memelihara martabat sesama. Bagi anak muda, ini artinya berani menahan egomu saat berbicara di grup chat keluarga; misalnya, daripada langsung menyanggah, cobalah tanyakan "Mengapa Mama berpikir begitu?" atau "Papa, boleh aku tahu alasanmu?"—lalu dengarkan dengan sungguh. Dalam praktiknya, saat adik minta tolong belajar bareng, jadikan itu ajang untuk menguatkan dia, bukan sekadar memenuhi kewajiban. Dengan cara ini, kita menegakkan kasih perjanjian yang memerdekakan dan mempersatukan, sama seperti kasih Kristus yang rela mengorbankan diri bagi kita (Filipi. 2:5–8).

Kepemimpinan yang Meneladani Kristus (Efesus 5:22–24) "sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, kepala jemaat." Pengertian dari ayat ini, Kristus yang "mengosongkan diri" untuk menjadi pelayan (Flp. 2:7). Suami dipanggil memimpin keluarga dengan hati yang sama: bukan otoriter, melainkan melayani, mendengarkan, dan memprioritaskan kebutuhan istri dan anak. Bagi remaja, ini bisa diteladani dalam kepemimpinan teman sebaya: ketika terpilih jadi ketua OSIS atau kapten tim futsal, pimpinlah dengan memberdayakan—misalnya, minta masukan setiap anggota sebelum mengambil keputusan, atau beri ruang bagi temanmu untuk memimpin doa sebelum rapat. Dengan demikian, kita menumbuhkan budaya kepemimpinan Kristus yang rendah hati, membangkitkan kepercayaan, dan menegakkan kekudusan tubuh Kristus dalam konteks remaja.

Keluarga sebagai Tubuh Kristus (Efesus 5:23) Ayat ini menegaskan keluarga sebagai "miniatur jemaat": suami sebagai kepala seperti Kristus, dan istri serta anak sebagai anggota Tubuh Kristus (1 Kor. 12:27). Roh Kudus mempersatukan berbagai karunia untuk satu tujuan mulia—memuliakan Allah lewat kehidupan bersama. Bagi anak muda yang sering ter"distract" oleh media sosial, ini panggilan untuk menghidupkan persekutuan nyata: misalnya, membuat "Tantangan Syukur" setiap Senin malam—setiap keluarga menulis satu hal baik yang terjadi di minggu lalu, lalu diskusikan bagaimana Tuhan bekerja. Lalu, satu jam sebelum tidur tanpa gadget untuk membangun keintiman. Lewat praktik sederhana ini, kita membuktikan bahwa ketika setiap anggota keluarga aktif sesuai karunia dan panggilannya—sia-sia tak ada, semua anggota tubuh terawat—keluarga menjadi saksi hidup kasih dan kuasa Kristus.!

Guys, Di tengah maraknya TikTok, notifikasi Instagram, dan deadline tugas online yang tak kunjung reda, keluarga bisa memberi arti sejati—kita hanya perlu menekan tombol "pause" sejenak. Ingat kembali tiga kunci dari Efesus 5:21-23: saling menyambut dengan menghormati satu sama lain, bukan sekadar memberikan like di media sosial; memimpin seperti Kristus, yaitu melayani dan mendengarkan, bukan memaksakan kehendak; dan berfungsi sebagai Tubuh Kristus, di mana setiap anggota punya peran unik untuk saling membangun. Mulailah dengan tantangan sederhana: matikan ponsel 30 menit sebelum makan malam, ajak keluarga ngobrol soal momen terbaik hari ini, lalu tutup dengan doa singkat—boleh lewat voice note di grup WhatsApp bila berjauhan. Dengan melakukan itu secara konsisten, kalian bukan hanya menghidupkan "feed" bahagia di rumah, tetapi juga membuktikan bahwa di zaman serba "online" ini, Kristus memberi nilai ilahi atas setiap detik kebersamaan keluarga.! Amin.

Bahan Diskusi:

" Menurutmu, apa makna "saling menyambut" dalam keluarga seperti yang diajarkan Efesus 5:21, dan bagaimana hal itu bisa membentuk ikatan emosional di antara anggota keluarga?

Bagaimana pemahaman bahwa Kristus adalah "kepala" keluarga (Efesus 5:23) dapat mengubah cara kamu memandang dan menjalankan peranmu di rumah—baik sebagai anak, saudara, maupun nanti sebagai suami/istri?" (HE)