Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
BERSINERGI BAGI BANGSA
Ruang Remaja
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Roma 12:2 TB
Kisah Lecrae: Dari Dunia Gelap ke Terang Kristus
Lecrae Moore adalah seorang rapper asal Amerika yang masa lalunya penuh dengan kekacauan—terlibat narkoba, pesta liar, dan kehidupan yang jauh dari Tuhan. Ia tumbuh tanpa figur ayah, mencari penerimaan dari dunia lewat cara yang salah. Tapi di tengah kehancuran hidupnya, Tuhan menjumpainya melalui seorang teman dan sebuah Alkitab kecil yang ia baca dalam keputusasaan.
Pertobatannya tidak langsung mulus. Dunia hiburan menawarinya ketenaran dan kekayaan jika ia tetap dalam gaya hidup lama. Tapi Lecrae memilih jalan yang sempit: membiarkan Tuhan mengubah pikirannya, identitasnya, dan tujuannya. Ia memutuskan untuk tetap berada di industri musik, tapi dengan pesan yang berbeda—pesan pengharapan, pemulihan, dan kasih Kristus.
Hari ini, Lecrae dikenal sebagai pelopor "Christian hip-hop" yang menyentuh hati banyak anak muda. Ia tidak hanya berkarya, tapi juga aktif dalam pelayanan sosial, advokasi keadilan, dan mentoring anak muda di lingkungan rawan.
Relevansi dengan Alkitab: Hidup yang Diperbarui
Roma 12:2 mendorong kita untuk tidak menyerah pada tekanan dunia, melainkan membiarkan Tuhan membentuk kita. Kisah Lecrae membuktikan bahwa perubahan sejati terjadi saat kita mengizinkan Tuhan bekerja dalam cara berpikir kita. Meski ia tetap di dunia musik, hidup dan pesannya berubah total karena pembaharuan dari Tuhan.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kita tidak harus keluar dari dunia untuk hidup kudus—yang penting adalah bagaimana kita hadir sebagai terang di tengah kegelapan. Menjadi remaja Kristen bukan berarti tidak bisa keren, kreatif, atau punya talenta. Justru, ketika kita mempersembahkan semua itu kepada Tuhan, dampaknya bisa jauh lebih besar dari yang kita bayangkan. Jangan malu berubah, karena dunia sedang menunggu untuk melihat bagaimana Kristus bekerja dalam dirimu. (MA).
"If you live for people's acceptance,
you'll die from their rejection."
Lecrae
Sudut Pandang
Indonesia meraih kemerdekaannya delapan dekade yang lalu. Delapan puluh adalah angka yang melambangkan bukan hanya usia tetapi juga ketahanan, perjalanan panjang, dan harapan yang terus berlanjut. Negara ini telah mengalami sejumlah dinamika, termasuk kolonialisasi, pemberontakan, reformasi, dan saat ini menghadapi masalah globalisasi, digitalisasi, serta krisis moral di tengah perubahan keadaan.
Tetapi pada peringatan kemerdekaan yang ke-80 ini, hal terpenting yang perlu dipertimbangkan adalah: "Untuk apa kita merdeka?"
Kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan fisik; itu juga merupakan kesempatan ilahi untuk mewujudkan tujuan Tuhan bagi negara ini, terutama bagi kita yang percaya kepada Kristus. Kemerdekaan adalah tempat untuk mengembangkan keadilan, kasih, dan harapan—bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk mengangkat orang lain dan memuliakan Tuhan.
Kita diingatkan akan Firman Tuhan dalam konteks ini:
“Supaya kita hidup merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”
Galatia 5:1 (TB)
Ayat ini meminta kita untuk tidak kembali ke gaya hidup yang memperbudak; selain berbicara tentang pembebasan dari dosa. Kalau kita tarik ke konteks bangsa, ini bisa berarti: jangan kembali kepada korupsi, kebencian antar golongan, kesenjangan sosial, atau budaya instan yang melemahkan nilai perjuangan.
Fase masa depan sejarah negara ini sangat dipengaruhi oleh generasi muda, khususnya Generasi Z dan Alpha. Memang generasi ini adalah generasi digital yang kreatif dan terbuka, tetapi juga rentan terhadap krisis identitas dan kehilangan arah. Oleh karena itu, kalau kita masuk dalam generasi ini, menjadi tanggung jawab kita untuk memerdekakan pikiran dan menaruh narasi kemerdekaan yang bermakna.
Menjadi bebas untuk berbicara dan bertindak hanyalah satu aspek dari kemerdekaan; aspek lainnya adalah bertanggung jawab dengan kebebasan tersebut untuk membawa perubahan. Ketika kita mampu melindungi yang rentan, memperbaiki yang rusak, dan memberikan lebih banyak kekuatan kepada yang terpinggirkan, kita bebas. Ketika suara opini tenggelam oleh suara keadilan, kita telah mencapai kemerdekaan. Ketika sebuah negara merdeka, anak-anaknya dapat memiliki aspirasi yang tinggi tanpa khawatir tentang latar belakang mereka yang membatasi.
Selain menjadi pewaris, marilah kita menjadi penjaga dan penggerak kemerdekaan. Selain menghargai apa yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan, kita juga berusaha untuk meneladani contoh mereka dalam kehidupan kita sendiri hari ini—di tempat kerja, sekolah, di komunitas, di media sosial, dan dalam keluarga kita.
Indonesia belum selesai. Namun, kita memiliki pilihan untuk melanjutkan dengan semangat yang sama seperti mereka yang mengibarkan merah dan putih untuk pertama kalinya—dengan cinta, harapan, dan iman yang tak tergoyahkan. (BA)
"Kebebasan sejati bukan hanya ketika kita bebas dari belenggu,
tetapi ketika kita memilih untuk menjadi cahaya di tengah era kegelapan."
Ruang Kesaksian
“Ia melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tak terduga,
serta keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya."
Ayub 5:9 (TB)
Shalom.
Nama saya Metha, saya seorang ibu dari 2 anak. Saya melayani sebagai guru sekolah minggu di GBI Sudirman. Dalam kesempatan ini, ijinkanlah saya untuk dapat membagikan kesaksian tentang kebaikan Tuhan yang luar biasa yang Tuhan lakukan dalam hidup saya. Semoga dapat menjadi berkat bagi Saudara semua.
Tahun 2016 saya menikah dan sebulan kemudian saya hamil. Namun janin saya tidak berkembang, dokter mengatakan bahwa saya mengalami kehamilan yang tidak normal yaitu hamil anggur (mola hidatidosa).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan atau lebih dikenal dengan istilah hamil anggur. Dimana janin yang terbentuk dalam kehamilan tak langsung berwujud seperti manusia, melainkan berawal dari sebuah gelembung ovum (sel telur) yang kemudian membelah kelipatan dua. Begitu seterusnya hingga nampak sebagai sekumpulan buah anggur.
Hamil anggur dapat membahayakan nyawa, oleh sebab itu dokter menyarankan saya di kuretase. Akhirnya kuterase pun segera dilakukan. Setiap bulannya saya harus cek darah untuk melihat nilai kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah sampai batas normal hingga dinyatakan bersih/ sembuh.
Namun, pada bulan ke-3 ternyata hasil hCG meningkat dan saya dirujuk ke dokter onkologi untuk menjalani terapi suntik yang diberikan selama 5 hari berturut-turut untuk menekan hCG, agar tidak bertambah parah. Obat tersebut termasuk obat keras yang menyebabkan kondisi kesehatan saya menjadi menurun (imun tubuh saya pun menurun).
Saya merasakan pusing, sulit menelan makanan serta tubuh yang terasa gatal dan bengkak yang terasa perih. Dalam keadaan ini saya berdoa kepada Tuhan agar memampukan saya untuk dapat bertahan dalam menjalani proses penyembuhan. Puji Tuhan, hasil hCG saya pun menurun drastis sehingga saya hanya harus menjalani 1 tahap lagi.
Artinya saya harus menjalani terapi selama 5 hari lagi. Setelah itu, saya harus periksa darah dan kadar hCG. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar hCG tidak menurun secara significant. Akhirnya dokter mengambil solusi terakhir, yaitu kemoterapi.
Mendengar hal itu hati saya sedih, saya seperti menderita penyakit kanker yang harus menjalani kemoterapi. Saya berdoa, berseru kepada Tuhan, ”mengapa saya harus dikemo?”. Saya membayangkan keburukan tentang kemoterapi, bagaimana jika rambut saya sampai botak? Apakah saya sanggup menjalani semuanya ini? Saya berharap semua ini hanyalah mimpi dan dapat segera berakhir.
Saya harus rutin menelan obat, padahal selama ini saya sudah menjalani pola hidup sehat dan merasa hidup saya sudah baik-baik saja. Sebagai manusia, saya tidak terima, saya sedih, kecewa dan protes kepada Tuhan. Mengapa saya harus mengalaminya.
Saya terus mencari penjelasan dari beberapa dokter mengenai penyakit ini dan akhirnya saya mendapatkan pemahaman dari seorang dokter di salah satu RS di Jakarta, yang menguatkan saya, bahwa semuanya ini akan baik-baik saja. Saya menyerahkan kondisi saya kepada Tuhan di dalam doa dan percaya sepenuhnya kepada Tuhanl, bahwa Tuhan yang berdaulat atas hidup saya.
Dokter menyarankan agar saya menggunakan BPJS sehingga tidak perlu khawatir untuk biaya pengobatan. Akhirnya saya mulai melakukan semua tahapan proses pengobatan. Dimulai rujukan dari Puskesmas dengan mengumpulkan data medis dan mengantri dengan ratusan pasien BPJS di rumah sakit; demi mendapatkan pengobatan dan kamar inap untuk menjalani kemoterapi selama 5 hari.
Saya menjalani pengobatan sendiri karena tidak mau merepotkan keluarga, karena saya masih kuat untuk berjalan sendiri. Kemoterapi selama 4 malam dan kembali lagi dihari kelima untuk obat yang terakhir.
Di situlah saya merenungkan Mazmur 23, bahwa Tuhanlah gembala yang baik. Saya percaya bahwa sejauh ini Roh Kudus terus menguatkan saya untuk dapat kuat. Saya pegang janji Tuhan bahwa Dia pasti menyertai saya diperjalanan yang tidak mudah ini. Bahkan saya harus kuat saat melihat pasien-pasien lain di kamar kemoterapi yang sudah bertahun-tahun kemo tapi belum kunjung sembuh dan akhirnya meninggal.
Saya berdoa, menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan, pasti Tuhan akan menyertai dalam proses pengobatan ini dan memberikan kesembuhan. Tangan Tuhan juga menyertai lewat kehadiran beberapa hamba Tuhan yang datang mengunjungi untuk mendoakan saya, Juga dukungan doa teman-teman seiman dari GBI Sudirman.
Proses kemoterapi sangat tidak nyaman, tetapi saya teringat pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib, dimana Tuhan bahkan pernah merasakan penderitaan yang jauh lebih besar dari yang saya alami ini. Saya harus jadi anak Tuhan yang tidak cengeng dan tidak hanya mau menerima hidup yang nyaman saja. Bahwa berkat yang sesungguhnya adalah kekuatan, sukacita dan pengharapan di tengah kehidupan yang sedang tidak baik-baik saja.
Selesai tahap 1 kemoterapi, 2 minggu kemudian saya harus ambil darah dan melihat hasil hCG saya menurun. Puji Tuhan, saya harus kuat, saya harus bisa menjalani semua tahapan pengobatan dengan baik.
Tidak henti-hentinya saya berdoa agar hCG saya dapat segera menurun drastis, trombosit dan leukosit normal sehingga saya dapat melanjutkan pengobatan ke tahap selanjutnya. Firman Tuhan dan lagu-lagu rohani menguatkan saya menjalani pengobatan ini. Ditahap yang ke-2 saya mendapati rambut saya mulai rontok dan saya memutuskan untuk mencukur rambut.
Saya mencari wig yang cocok untuk dipakai ke kantor dan gereja. Ternyata memiliki kepala yang plontos sering membuat saya kedinginan dan gatal-gatal karena sering kepanasan memakai wig yang terbuat dari bahan sintesis.
Selesai menjalani kemoterapi selama 5 hari saya tetap kembali bekerja seperti biasa. Saya sering merasa lelah, maag saya sering kambuh dan tulang belakang sangat nyeri, apalagi saat malam hari. Tidak jarang saya merintih kesakitan.
Namun saya percaya, sakit yang saya alami ini hanyalah sementara, Tuhan pasti menyembuhkan saya dari semua sakit ini. Saya teringat akan Firman Tuhan bahwa penyakit ini tidak lebih besar dari kuasa Tuhan. Saat ini Tuhan sedang memproses saya dan membawa saya ke level yang lebih tinggi. Tuhan mau saya dapat bertumbuh melalui semua proses ini.
Saya tidak boleh kalah dengan rasa sakit ini. Seperti Yusuf dan Ayub dimurnikan lewat proses yang sangat tidak enak tapi Tuhan siapkan berkat yang luar biasa dan hidup mereka menjadi kesaksian dan berkat bagi bangsanya.
Puji Tuhan, selama 4 bulan saya dapat melalui 6 tahap kemoterapi. Tuhan Yesus baik dan sangat baik, saya dinyatakan tidak perlu kemoterapi lagi karena semua hasil hCG sudah baik. Saya bersyukur Tuhan selalu menuntun perjalanan saya dan menguatkan saya sampai pengobatan selesai.
Dokter menyarankan saya tidak hamil dulu selama setahun, menjalani hidup sehat dengan memperhatikan pola makan dan berolahraga secara teratur.
Melewati satu tahun setelah kemoterapi saya kembali lagi ke dokter kandungan untuk konsultasi, apakah saya masih bisa punya anak, dengan menceritakan semua riwayat penyakit saya sebelumnya. Dokter mengatakan bahwa itu sangat mungkin, karena rahim saya tidak bermasalah. Lalu dokter memberikan vitamin untuk mendukung kesuburan.
Saya berdoa kepada Tuhan agar saya dapat diberikan seorang anak. Mungkin keberadaan saya sepertinya sangat sulit dan tidak mungkin untuk mendapatkan anak, tetapi saya percaya kepada Tuhan karena Tuhan melihat kerinduan hati saya.
Sebulan kemudian, tepat di hari ulang tahun saya ke 30 tahun 2019, Tuhan memberikan hadiah yang luar biasa. Saya pergi ke dokter untuk USG, betapa terharunya saya melihat di layar USG, dokter mengatakan saya hamil. Puji Tuhan. saya bersyukur Tuhan menjawab doa.
Setelah beberapa minggu awal kehamilan, saya hampir mengalami kecelakaan saat menuju ke kantor. Karena khawatir, saya dan suami sepakat memeriksakan kehamilan ke dokter kandungan.
Alangkah terkejutnya kami saat melihat ada 2 janin dilayar monitor saat USG. Dokter mengatakan ada 2 janin di rahim saya, yang artinya kami akan memiliki anak kembar. Betapa ajaibnya Tuhan Yesus, saya tidak pernah menduga untuk mendapatkan kado istimewa dari Tuhan. Tuhan sangat memberkati saya dengan anak kembar, sesuatu hal yang tidak pernah saya pikirkan dalam hidup. Puji Tuhan, putri kembar kami sekarang berusia 3 tahun, dan mereka bertumbuh dengan sehat dan lucu.
Saya hampir pernah menyerah dan putus asa untuk dapat hamil dan punya anak setelah kemoterapi. Rencana Tuhan sungguh ajaib, tidak pernah sanggup dipikirkan oleh jalan pikiran manusia. Saya merasakan perjalanan iman bersama Tuhan, Dia melihat kesungguhan kita saat meminta dan percaya kepada-Nya. Bahkan Tuhan sanggup memberikan lebih daripada apa yang kita minta.
Terima kasih Tuhan Yesus! Saat kita beriman, bersungguh-sungguh meminta, dan selalu bersyukur dalam segala keadaan. Dia melihat iman kita bahkan Dia memberikan kemurahan-Nya, memberkati kita dengan hal-hal yang tidak pernah kita lihat dengan mata, timbul dalam hati dan didengar telinga.
Penanggung Jawab :
Pdm. Robbyanto Tenggala
We use cookies to enhance your experience. By continuing to visit this site, you agree to our use of cookies.